Selasa, 26 Maret 2013

There's Something About ANTM

Hari Senin (18/3/13) pekan lalu, ANTM merilis laporan keuangan tahun 2012 yang telah selesai diaudit. Dan Surprise...!! Laba bersih perseroan melonjak 55,3% menjadi Rp. 2,99 Triliun, dibandingkan tahun 2011 senilai Rp. 1,96 Triliun (kenaikan ini 278,2% diatas estimasi). Padahal dalam laporan unaudited yang diumumkan sebelumnya, laba bersih perseroan pada 2012 turun 44,2% menjadi Rp. 1,07 triliun. Laporan keuangan itu langsung membuat ANTM dibuka dengan open gap up di 1340 (sehari sebelumnya ditutup di 1320) dan akhirnya ditutup di level 1370 pada hari tersebut.

Dalam laporan keuangan 2012 yang telah diaudit oleh akuntan publik tersebut, dinyatakan bahwa kenaikan laba bersih yang terjadi disebabkan oleh keuntungan atas penyesuaian nilai wajar. Nilainya cukup tinggi, yaitu mencapai Rp. 2,48 triliun. Padahal pendapatan perseroan hanya naik tipis sebesar +1%, sedangkan Gross dan Operating Profit malah mengalami penurunan sebesar -33,2% dan -55,5% yang disebabkan oleh naiknya biaya produksi dan operasi penambangan. Sedangkan total aset perseroan per Desember 2012 mencapai Rp 19,71 Triliun, mengalami kenaikan +29,67% dari tahun 2011 yang sebesar Rp. 15,2 triliun.


Dari data-data tersebut diatas, sesuatu yang menarik perhatian saya adalah pendapatan dari revaluation gain yang sangat besar mencapai Rp. 2,48 triliun dan tidak dijelaskan berasal dari mana. Dari sini saya kemudian mulai berpikir, dan mencoba untuk menganalisanya.
Kita tahu bahwa sejak tahun lalu ANTM berencana untuk melakukan Right Issue (RI) dengan melepaskan kembali sahamnya maksimal sebesar 5% (saat ini kepemilikan publik atas saham ANTM baru mencapai 35%, sedangkan negara memiliki 65% saham pada BUMN tersebut). Tujuan dari RI ini agar perusahaan dapat memanfaatkan fasilitas insentif pajak sebesar 5% karena kepemilikan saham publiknya dapat mencapai 40% setelah RI dilaksanakan. Hal ini juga dilakukan karena perseroan membutuhkan pendanaan yang cukup besar untuk program hilirisasi dengan membangun sejumlah smelter. Saat ini, ANTM tengah menggarap sejumlah proyek, antara lain pembangunan Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan, pembangunan pabrik Feronikel Halmahera Timur (FeNi Haltim) dan Smelter Grade Alumina (SGA). Pembangunan tersebut dibutuhkan guna mengantisipasi adanya larangan eksport barang mineral mentah pada tahun 2014 mendatang.
Selain itu, ANTM juga berkeinginan untuk mengelola PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) yang recananya akan diambil sepenuhnya oleh pemerintah dari Jepang pada Oktber 2013. Saat ini, kepemilikan Inalum terbagi antara pemerintah Indonesia 41,12% dengan Nippon Asahan Alumunium sebesar 58,88%. Berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada 7 Juli 1975 di Tokyo, Pemerintah Indonesia bisa mengambil alih Inalum sepenuhnya, pada Oktober 2013, yaitu pada saat kontraknya akan berakhir. Inalum merupakan satu-satunya perusahaan lokal untuk sektor produksi aluminium di Sumatera Utara. Selama ini, hasil produksi Inalum sebagian besar dikirim ke Jepang. Sedangkan pemerintah harus mengimpor alumunium dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Mengingat pentingnya Inalum tersebut maka tidak ada jalan lain bagi pemerintah untuk segera mengambil alih perusahaan, dengan kemungkinan menunjuk perusahaan BUMN seperti ANTM yang akan mengelolanya. Namun realisasi masuknya ANTM ke Inalum masih bersifat spekulasi karena harus menunggu keputusan pemerintah.
Melihat rencana-rencana diatas, maka sepertinya ANTM memang membutuhkan modal yang besar untuk merealisasikan kebutuhannya tersebut. Selain dapat diperoleh lewat pinjaman baik dari bank ataupun penerbitan obligasi, salah satu alternatif untuk mendapatkan dana yang paling mudah adalah lewat Right Issue. Tetapi pada awal tahun, sekitar pertengahan Januari lalu rencana ini tidak mendapatkan persetujuan pemerintah. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegaskan bahwa ANTM belum diizinkan untuk menggelar RI sebesar 5% karena harga sahamnya saat ini masih tertekan, akibat adanya pembatasan bea keluar yang berdampak pada ekspor. Karena kalau harga sahamnya rendah, dan diperkenankan melakukan RI, maka pendapatan negara tidak akan optimal.
Dari sini saya kembali langsung teringat ketika pada awal tahun 2012 lalu, ADHI berencana menggelar RI tetapi juga ditolak oleh pemerintah dengan alasan yang sama karena harga sahamnya masih terlalu rendah. Waktu itu harga ADHI masih dikisaran 700-800 dan pemerintah mengharapkan RI dapat dilakukan diatas harga 1000. Dan seperti yang kita ketahui, setelah itu berita RI ADHI menghilang dan baru muncul kembali pada awal tahun ini setelah harga saham ADHI mencapai level diatas 2000. Saya yakin bahwa RI ADHI akan dapat segera dilakukan mengingat harga sahamnya sudah bagus.
Lalu apa hubungannya dengan ANTM? Kalau melihat skenario diatas, bisa jadi ANTM akan mengikuti jejaknya ADHI. Mengingat mendesaknya kebutuhan modal ANTM untuk merealisasi rencana-rencananya, maka untuk menggelar RI, harga saham perseroan harus diangkat dulu. Kalau menurut saya paling tidak mendekati level 2000 atau diatasnya, agar perolehan dana lewat RI ini menjadi maksimal. Berbeda dengan ADHI yang memang sektornya lagi “On Fire”, ANTM yang merupakan sektor komoditi harga sahamnya engga kemana-mana karena harga komoditinya juga belum membaik mengingat masih belum pulihnya ekonomi global. Nah untuk mengangkat harga saham supaya naik, jalan yang paling cepat adalah mengeluarkan berita2 ataupun rumor2, atau dengan cara memperbaiki laporan keuangannya.
Melihat laporan keuangan yang dirilis pekan lalu, saya jadi curiga... Apakah laporan keuangan yang bagus ini dibuat dengan tujuan supaya saham ini dapat diangkat sebelum RI dilakukan, agar dana yang diperoleh dapat maksimal?? Bisa jadi demikian, mengingat koq bisa perusahaan membukukan laba yang meningkat cukup besar ditengah kecilnya kenaikan pendapatan. Apalagi sudah seminggu lebih sejak rilis laporan keuangan tersebut, saya masih tidak menemukan penjelasan yang rinci mengenai darimana keuntungan perusahaan yang sebesar hampir 2,5 Triliun atas penyesuaian nilai wajar tersebut.
Alasan lainnya, dalam sepekan terakhir saham2 pertambangan mendapatkan tekanan jual rata-rata diatas 10%. Tetapi ANTM hanya tertekan turun 5%, itupun hanya untuk menutup gap di 1320 yang terjadi setelah laporan keuangan dirilis. Padahal sebelumnya kita tahu bersama, bahwa saham ANTM termasuk yang paling “laggard” disektornya, dibandingkan INCO dan TINS. Jika naik, ANTM paling lelet, tetapi kalau turun, dia akan turun paling cepat dibandingkan ke dua “saudara”nya itu. Tetapi yang terjadi hari ini berbeda, karena ANTM telah kembali ke harga tertinggi pekan lalu di 1400, sedangkan TINS dan INCO masih terpuruk dan belum bisa dikatakan rebound.
So... Apakah anda tertarik dengan teori saya ini?? Well, jika anda seorang investor, bisa jadi anda pertimbangkan teori saya ini. Setidaknya sampai menjelang keluarnya laporan keuangan Kwartal I-2013 pada bulan depan, karena semua lapkeu Q I-2013 harus rilis sebelum 30 April 2013. Saat ini EPS ANTM sebesar Rp. 314/lembar saham, maka diharga closing tadi di 1400, PE ANTM cuma 4,46x. Dan itu sangat murah !!
Tetapi jika anda seorang trader... saat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk membeli saham ini, karena ANTM telah membentuk pola Inverted Head & Shoulder setelah berhasil menembus necklinenya di 1380. Indikator teknikal juga terlihat bergerak positif, dimana Stochastic telah golden cross, sedangkan MACD bergerak naik-cross up keatas centreline. Volume transaksi juga terlihat mulai meningkat, hal ini menunjukkan kecenderungan saham ini untuk melanjutkan trend pergerakan positifnya. Target terdekat ada dilevel 1450, dan jika mampu ditembus maka ANTM berpotensi menuju target pola Inverted H&S nya di 1500-1510. Nantinya jika kenaikan berlanjut, maka ANTM berpeluang menuju target selanjutnya di kisaran 1660-1690, dengan minor target menutup gap yang pernah ditinggalkan pada pertengahan bulan Mei tahun lalu di kisaran 1570-1590. Rekomendasi Buy, dengan stoploss level disekitar rangkaian garis MA 100 dan MA 200 nya yang akan menjadi support kuatnya saat ini, yaitu di level 1300.





Note:
Apabila anda ingin berinvestasi saham dan ingin mendapatkan rekomendasi harian secara langsung, baik rekomendasi beli/jual selama market berjalan + komunikasi langsung untuk konsultasi portfolio anda secara FREE. Anda dapat menghubungi saya secara pribadi melalui email/HP/BB dengan SYARAT DAN KETENTUAN YANG BERLAKU.
 

Stefanus Mulyadi Handoko
Assistant Vice President, Equity Sales & Trading – PT OSK Nusadana Securities Indonesia
HP: 0812 354 3925
PIN BB: 26025C5A
Email stephanus.trading@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar